Pansus Singkong DPRD Lampung Panggil KPPU dan Bea Cukai
2 min readKetua Pansus Tata Niaga Singkong Mikdar Ilyas mengatakan bahwa, tingginya impor tapioka menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya harga singkong di tingkat petani.
Hal ini merupakan temuan Pansus setelah turun langsung ke 4 kabupaten penghasil singkong yakni Lampung Utara, Lampung Tengah, Mesuji, dan Lampung Timur.
“Jadi perusahaan belum bisa melaksanakan harga singkong Rp1.400 sesuai Surat Edaran Pj Gubernur. Apalagi kondisi saat ini kadar acinya mencapai 24 persen,” kata Mikdar.
Mikdar menjelaskan, kadar aci singkong milik petani masih tergolong rendah, sehingga perusahaan membutuhkan 5-6 kilogram singkong untuk menghasilkan 1 kilogram tepung dan sagu.
“Nah belum biaya produksi dan lain-lain. Jadi ini masih memberatkan perusahaan,” kata Anggota Fraksi Gerindra itu.
Akhirnya, perusahaan besar melakukan impor tapioka dari luar negeri dengan harga yang jauh lebih rendah dari produksi lokal.
“Karena ada perusahaan yang mengimpor tapioka ini dari luar negeri dengan harga yang jauh lebih rendah. Harganya murah tapi sudah barang jadi,” kata Mikdar
Sehingga, harga singkong ini sulit bersaing dengan tapioka dari luar negeri. Persoalan impor ini yang perlu didalami.
“Karena impor ini dibuka, maka produksi lokal tidak bisa bersaing dengan produk impor yang lebih murah,” sambung dia
Mikdar melanjutkan, beberapa hari lalu, KPPU Wilayah II juga merilis temuan bahwa ada 4 perusahaan produsen tepung tapioka yang memiliki pabrik pengolahan di Provinsi Lampung melakukan impor tepung tapioka dari Vietnam dan Thailand, dengan total jumlah impor sebesar 59.050 ton atau dengan nilai impor sebesar 32,2 juta USD atau setara dengan Rp511,4 miliar.
“Inilah yang ingin kami dalami dan pelajari bagaimana skemanya. Harapannya bisa ada solusi atas permasalahan ini supaya petani untung dan perusahaan tidak rugi,” sambung Anggota Fraksi Gerindra ini.
Menurutnya, perlu pembatasan kuota impor tapioka untuk membuat harga singkong stabil. Dan, impor jangan dilakukan saat masa panen petani karena akan membuat harga singkong semakin jatuh.
“Kalaupun impor ini harus dilakukan, kami mendorong agar yang melakukan impor ini bukan perusahaan tetapi bulog, sehingga bisa membuat kestabilan harga,” pungkasnya.